Pada tanggal 21 Oktober 2024, saya, Dr. Suwardi, bersama tim berkesempatan untuk kembali ke kampung halaman di Mojosongo, Boyolali. Kali ini, bukan sekadar untuk pulang, melainkan membawa inovasi terbaru dari bidang pertanian, yaitu media tanam zeoponik, yang telah kami kembangkan di Institut Pertanian Bogor (IPB). Kegiatan ini adalah bagian dari program “Dosen Pulang Kampung 2024” untuk berbagi pengetahuan dan mendukung peningkatan produktivitas pertanian di daerah asal.
Acara pengenalan teknologi zeoponik di Kantor BPP Mojosongo mendapat sambutan hangat dari petani hortikultura, pejabat kecamatan, dan Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali. Pak Camat Mojosongo, Bapak Sabdo Haryono, secara langsung membuka acara dan menunjukkan apresiasinya terhadap upaya kami membawa teknologi pertanian yang relevan dan bermanfaat. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali yang diwakili oleh Kepala Bidang Penyuluhan, Bapak Joko Susanto, juga turut hadir, memberikan dukungan dan apresiasi atas kegiatan ini.
Di awal sesi, saya menjelaskan media tanam zeoponik, mulai dari bahan baku, kriteria ideal, hingga hasil penelitian di IPB. Zeoponik sendiri berbahan dasar zeolit, kompos, cocopeat, dan pupuk, dirancang agar EC (Electrical Conductivity) tetap rendah meskipun pupuk diberikan dalam jumlah besar. Ini memungkinkan bibit tanaman tetap segar dengan ketersediaan unsur hara yang stabil.
Setelah penjelasan teori, kami langsung beralih ke sesi praktik. Petani yang hadir, termasuk perwakilan Gapoktan dan KWT Mojosongo, diajak mencoba langsung proses pembuatan zeoponik. Cara mencampur bahan, mengukur EC dan pH, hingga menyimpan zeoponik yang sudah jadi dijelaskan rinci dan dipraktikkan bersama.
Pak Wagio, salah satu peserta, antusias dan langsung berniat mencoba media ini untuk pembibitan pepaya di lahannya. “Sangat bermanfaat dan menarik sekali. Saya akan mencoba media ini (zeoponik) untuk pembibitan kates (pepaya),” ucapnya.
Manfaat Zeoponik bagi Petani Hortikultura
Keunggulan utama zeoponik adalah kemampuannya dalam menjaga EC media tanam tetap rendah, yang sangat penting dalam budidaya hortikultura. Dengan media ini, kebutuhan hara tanaman dapat terpenuhi secara optimal tanpa risiko kelebihan nutrisi yang dapat merusak tanaman. Inovasi ini diharapkan meningkatkan kualitas bibit hortikultura di Boyolali, sehingga berkontribusi pada produktivitas dan kesejahteraan petani lokal.
Kegiatan ini merupakan langkah awal untuk memperkenalkan teknologi zeoponik ke lebih banyak petani di Boyolali dan sekitarnya. Kami berharap dengan pengetahuan ini, petani di Boyolali dapat lebih mudah mengakses teknologi pertanian yang modern dan ramah lingkungan. Program “Dosen Pulang Kampung” menjadi sarana kolaborasi akademisi dan praktisi untuk mendukung kemajuan sektor pertanian Indonesia.
Tim dan saya berkomitmen untuk terus mendampingi petani yang tertarik menerapkan zeoponik. Semoga langkah ini berdampak besar bagi pertanian di kampung halaman dan menginspirasi akademisi berbagi ilmu dan inovasi.